Selasa, 10 Maret 2009

Majalah Lama: "Budaja Djaja" Tahun 1970



Penerbit: Dewan Kesenian Djakarta (DKD). Alamat Redaksi: Djalan Teuku Umar No. 6, Djakarta. Alamat Tata Usaha: Distributor "Kompas", Djl. Gadjahmada No. 104, Djakarta Kota. Penanggung Djawab: Ilen Surianegara. Redaksi: Ajip Rosidi; Harijadi S. Hartowardojo. Sekretaris Redaksi: Rachmat M. Sas. Karana. Dibantu Oleh: Ramadhan KH; Moh. Amir Sutaarga; Arief Budiman; Asrul Sani; Gajus Siagian; Goenawan Mohamad; Mochtar Kusuma Atmadja; Nono Anwar Makarim; Oesman Effendi; Taufiq Ismail; Toto S. Bachtiar; Zulharman S.; Wing Kardjo; Ajatrohaedi.

Ini adalah majalah kebudayaan umum. Isinya, antara lain, esai, cerpen, sajak, kritik, sketsa, dan lain-lain. Majalah ini diasuh dan diisi oleh para intelektual muda, seniman dan budayawan yang nama-namanya masih cukup dikenal hingga kini. Pada edisi ini, misalnya, ada tulisan Ajip Rosidi (Mengartikan Pembangunan); Umar Kayam (Pidato pada Pesta Seni II); Nashar (Grafis Popo dalam Catatanku); dan lain-lain. Juga ada puisi karya Sapardi Djoko Damono dan sajak karya Toeti Heraty.

Majalah yang tampak di blog adalah edisi No. 20/Tahun III/Djanuari 1970. Harga: Rp. 50,-

Catatan:

Salah satu redaksi Majalah Budaja Djaja yang menonjol, Ajip Rosidi (baca: Ayip Rosidi), adalah pengarang terkemuka Indonesia. Ia mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia, kemudian telaah dan komentar tentang sastera, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastra Indonesia dan Sunda, menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah, berupa ceramah atau makalah. Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik.

Ketika masih duduk di SMP menjadi redaktur majalah Suluh Pelajar (Suluh Peladjar) (1953-1955) yang tersebar ke seluruh Indonesia. Kemudian menjadi pemimpin redaksi bulanan Prosa (1955), Mingguan (kemudian Majalah Sunda (1965- 1967), bulanan Budaya Jaya (Budaja Djaja, 1968-1979). Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973).

Sejak 1981 diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka), sambil mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daignku (1982- 1994), tetapi terus aktif memperhatikan kehidupan sastera-budaya dan sosial-politik di tanah air dan terus menulis. Oleh karena itu ia mendapat penghargaan Kun Santo Zui Ho Sho (“Bintang Jasa Khazanah Suci, Sinar Emas dengan Selempang Leher”) dari pemerintah Jepang sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang dinilai sangat bermanfaat bagi hubungan Indonesia-Jepang 1999.

Tahun 1989 secara pribadi memberikan Hadiah Sastera Rancagé setiap tahun yang kemudian dilanjutkan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage yang didirikannya. Setelah pensiun ia menetap di desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia masih aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit seperti Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Pusat Studi Sunda.


N