Jumat, 18 Juli 2008

Majalah Lama: "Sin Po" Majalah dan Koran







Saya punya beberapa edisi majalah Sin Po. Dua majalah yang terlihat di blog ini adalah edisi 9 Desember 1939 dan 16 Desember 1939. Sedangkan koran hariannya edisi Senen 12 November 1951.














Dilihat dari tahun penerbitannya, dan tulisan di bawah logo (Wekelijksche – Editie), Sin Po pada mulanya adalah majalah mingguan. Baru kemudian menjadi koran harian.

Entah kenapa, dalam versi majalah, tak ada susunan redaksinya. Juga tak ada nama penerbitnya. Tapi, dari beberapa iklan yang dimuat, dan kemudian dari korannya, Sin Po diterbikan oleh N.V. Pertjetakan “SIN PO”. Kantor redaksinya ada di Jl. Asemka No. 29 -30 (yang sekarang menjadi Bank BCA Cabang Asemka).

Tulisan-tulisan di Sin Po cukup berbobot, baik di majalah maupun koran hariannya. Khusus di dalam majalah Sin Po, selalu ada suplemen beberapa halaman berita-berita yang ditulis dalam bahasa Belanda (namanya Hollandsch Sin Po Supplement). Halaman lain ditulis dalam bahasa Indonesia ejaan lama.

Catatan:

Seperti tertulis dalam buku Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia oleh Sam Setyautama, diketahui bahwa direktur Sin Po adalah Hauw Tek Kong. Dan salah satu tokoh jurnalis di media ini adalah Tjoe Bou San (Nama Pena: Hauw Sen Liang).

Tjoe Bou San lahir di batavia pada 1891. Sebelum bekerja di Sin Po, pada 1909 Tjoe Bou San sudah menjadi pemimpin redaksi Hoa Tok Po, sebuah surat kabar peranakan Melayu Tionghoa. Ia lalu pindah ke Surabaya dan menjadi pemimpin redaksi Thjoen Tjhioe sampai Juni 1917. Ia lalu pergi ke Tiongkok dan bekerja sebagai koresponden Sin Po di sana.

Lalu, pada 1918 ia kembali ke Jakarta dan menjadi pemimpin redaksi sekaligus pemimpin umum Sin Po. Di bawah pimpinannya, Sin Po menjadi juru bicara kelompok nasionalis Tionghoa di Jawa. Ia pernah berkampanye anti undang-undang Kekaulaan/Kewarganegaraan 9onderdaanschap) Belanda pada 1919. Ia berhasil mengumpulkan 30.000 tanda tangan orang Tionghoa yang tidak mau menjadi kawula Belanda.

Entah kenapa, Tjoe Bou San bentrok dengan Hauw Tek Kong. lalu pada 1923 ia mnerbitkan Keng Po. Dalam usia 34 tahun, ia menderita sakit paru-paru. Dan meninggal dunia pada 3 November 1925.

Ia dikenal sebagai penulis, pengarang roman, penerjemah yang produktif. Beberapa bukunya, antara lain, Loen Gie; Beng Tjoe; Tiong Jong; Thay Hak (terjemahan); Pergerakan Tionghoa di Hindia Belanda (1917); Satoe Djodoh jang Tehalang (1917); Binasa Lantaran Harta (1915); Badjoenya Besar (1918); The Loan Eng (1912); Lia Taon Kemoedian (1925); Salah Mengerti (1925); Hoen Tjeng Lao 91925); Penghodoepan Radja Belgi (1913); Tjerita Pendjahat di paris (1917); dan Dengan Setalen Mengitari Boemi (1918).

Setelah Tjoe Bou San tidak lagi di Sin Po, posisi pemimpin redaksi di situ digantikan oleh Kwee Kek Beng. Wartawan ini lahir di Batavia pada 6 November 1900. Sebelum bekerja di Sin Po, ia bekerja sebagai guru di Bogor. Ia lalu diundang untuk bekerja di harian Bing Seng. Baru kemudian pindah ke Sin Po, dan menjadi pemimpin redaksi di situ sampai 1947.

N

Tidak ada komentar: