Jumat, 06 Februari 2009
Majalah Lama: "Madjalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia" Tahun 1964
Penerbit: Jajasan Penerbitan Karya Sastra, Ikatan Sardjana Sastra Indonesia, dengan bantuan Departemen Urusan Research Nasional. Alamat Redaksi: d/a Nugroho Notosusanto, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Rawamangun, Djakarta. Alamat Administrasi: d/a Dinas Purbakala dan Peninggalan Nasional, Djalan Kimia No. 12, Djakarta. Dewan Redaksi Penjelenggara: Slametmuljana (Ketua); Nugroho Notosusanto (Panitra); Koentjaraningrat; A.B. Lapian; A.M. Moeliono; Nj. Haryati Soebadio; Soekmono (Anggota). Dewan Redaksi Peserta: Ph. L. Tobing; Supomo Surjohudojo; Ida Bagus Mantra; Sjahrul Sjarif; Soewito Santoso; Nj. Astuti Hendrato; T.W. Kamil; Sie Ing Djiang; H.B. Jassin; F. Watuseke.
Majalah ini terbit setahun tiga kali, setiap bulan Februari, Juni dan Oktober. Asas dan tujuannya: memperbesar kegiatan ilmiah dari para sajana sastra Indonesia, sehingga dengan demikian mereka dapat menyumbangkan darma bakti mereka, demi kemajuan Nusa dan Bangsa.
Media ini memuat karangan-karangan deskriptif atau teoritis, serta karangan ihtisar dalam bidang ilmu filsafat, filologi, prehistori, arkeologi, sejarah, linguistik, ilmu kekusastraan, ilmu-ilmu Islam, antropologi-budaya dan folklore, terutama mengenai Indonesia.
Majalah yan tampak di blog adalah edisi Nomor 1/Djilid II/Februari 1964. Harga Langganan: Rp. 450,- (Satu tahun, Untuk Umum) dan Rp.350,- (satu tahun, untuk badan-badan ilmiah dan perpustakaan).
Catatan:
Nugroho Notosusanto lahir di Rembang, Jawa Tengah, 15 Juli 1930. Ia dikenal sebagai penulis yang produktif. Di samping sebagai sastrawan dan pengarang, ia juga aktif menulis buku-buku ilmiah dan makalah dalam berbagai bidang ilmu. Lalu karya terjemahannya yang diterbitkan berjumlah dua puluh satu judul. Buku-buku itu sebagian besar merupakan lintasan sejarah dan kisah perjuangan militer. Wawasan yang mendalam tentang sejarah perjuangan ABRI menyebabkan ia mampu mengedit film yang berjudul Pengkhianatan G 30 S/PKI. Di bidang keredaksian dapat dicatat sejumlah pengalamannya, yaitu memimpin majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, majalah Gelora, Kompas, dan anggota dewan redaksi Mahasiswa bersama Emil Salim
Sebagai seorang sejarahwan, ia dimanfaatkan oleh ABRI maupun Orde Baru untuk menulis sejarah menurut versi pihak-pihak tersebut. Pada 1964 ABRI menggunakan Nugroho untuk menyusun sejarah militer menurut versi militer karena khawatir bahwa sejarah yang akan disusun oleh pihak Front Nasional yang dikenal sebagai kelompok kiri pada masa itu akan menulis Peristiwa Madiun secara berbeda, sementara militer lebih suka melukiskannya sebagai suatu pemberontakan pihak komunis melawan pemerintah.
Ketika diangkat sebagai menteri pendidikan pada 1984, ia menggunakan kesempatan itu untuk menulis ulang kurikulum sejarah untuk lebih menekankan peranan historis militer. Pada tahun ini pula Nugroho ikut menulis skenario untuk film Pengkhianatan G 30 S/PKI yang memuat versi resmi Orde Baru tentang tragedi tersebut. Film ini kemudian pernah dijadikan tontonan wajib untuk murid-murid sekolah di seluruh Indonesia.
Nugroho meninggal pada hari Senin, 3 Juni 1985 di rumah kediamannya karena serangan pendarahan otak akibat tekanan darah tinggi. Ia adalah menteri keempat di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada masa Orde Baru yang meninggal dalam masa tugasnya dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
N
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar