Sabtu, 28 Februari 2009

Majalah Baru: "Anak Spesial" Tahun 2009


Penerbit: CV Jembatan Manuju Mandiri. Alamat Redaksi: Jl. PDK Kenanga No. 22, Rempoa, Ciputat, Tangerang. Pemimpin Umum / Pemimpin Perusahaan: Dedi Ekadibrata. Pemimpin Redaksi: Ages Soerjana. Wakil Pemimpin Redaksi: Arifin Mohammad. Redaktur Boga: Lili H. Redaktur: Nur Amalia H; Zuriyah; Imam; Yus-yus. Reporter: Yayan Amancik; Lanny. Fotografer: Denny W. Design Artistik: Dharmawan Hadi. Web Design: Studio Kaca Jingga. Ilustrasi: Ria Anggraini. Sekretaris / Keuangan: Ria Agustina. Sirkulasi: Mamat Rahmat; Oki. Ikan/Promosi: Margono; Novi.

Bagi Anda yang memiliki anak atau keluarga yang masuk dalam kategori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), majalah ini mungkin bisa dijadikan bahan informasi. Majalah ini memberi aneka informasi yang berkaitan dengan ABK tersebut, misalnya, autis. Setelah 3 (tiga) bulan menghilang dari peredaran, majalah ini muncul lagi dengan penampilan baru berkat adanya 3 (tiga) investor baru. Sepengetahuan saya, sampai saat ini, Februari 2009, saingan majalah ini di pasar media cetak tidak ada. Atau mungkin sangat sedikit.

Majalah yang tampak di blog adaah edisi 16/Maret 209. Harga: Rp. 27.000,- (Jabodetabek); Rp. 30.000,- (Pulau Jawa); dan Rp. 35.000,- (Luar Pulau Jawa).

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Unik, menarik dan langka.
Bapak Atmojo kunjungi www.wandahamidah.co.cc mungkin Bapa bisa kasih aspirasi buat Wanda Hamidah.

Anonim mengatakan...

Prof. Dr. Spesialis Anak Vonny

Pengawet Roti Merusak Otak

Sebagai dokter spesialis anak, saya menghimbau kepada para orang tua untuk mengurangi memberi makan roti kepada anak.

Meskipun tidak ada produsen roti yang mengaku bahwa roti mereka mengandung pengawet, kebanyakan roti yang beredar di Indonesia mengandung kimia pengawet yg melebihi batas yang dibenarkan oleh undang-undang. Kadang produsen roti menyebut roti mereka tanpa pengawet, karena mereka menganggap propionate sebagai pencegah jamur dan bukan pengawet. Tapi ini Cuma masalah sebutan aja (tapi tetap food chemical supaya roti lebih awet).

Jadi semakin banyak porsi roti yang dimakan seseorang, semakin banyak porsi kimia pengawet yg masuk ke dalam tubuh.
Dan kimia pengawet yg terlalu banyak ini, jika seseorang tidak dapat mentolerir-nya (Diperkirakan 7.5% orang tidak bisa mentolerir-nya) menyebabkan kerusakan otak permanen dan mengurangi kemampuan belajar-nya. Spt menjadi hiperaktif, tidak bisa ber-konsentrasi, migrain, dll (Sumber: Bread Preservative Research Australia dan Wikipedia: Bread Improver dan white bread).
Dan kerusakan otak ini akan terbawa sampai dia dewasa nanti.
Jadi semakin banyak roti yang kita makan, bukan semakin baik. Sebenar-nya yang ber-bahaya bukan roti-nya, tetapi kimia pengawet-nya dan kimia pengembang roti. Di jaman industry bakery modern saat ini selain memakai ragi, mereka memakai kimia pengembang untuk membuat roti menjadi cepat mengembang menjadi besar sekali dan empuk.
Bila keluarga anda senang makan roti, saya meng-anjur-kan roti beras panggang seperti: "N_asiKriuk Debbie atau
Sun Rice yg dr Australia sebagai alternative pengganti roti yg lebih sehat .

Rice cake atau roti beras panggang:
- krn kering, tdk perlu pengawet
- krn dr beras, tidak perlu kimia pengembang (bread improver) & pemutih penyebab kanker
- krn dr beras (bukan gandum) rendah kalori-nya.
Dgn banyak-nya masalah obesitas, Amerika pun skrg ber-alih ke produk2 yg terbuat dr beras dan ber-bentuk kering, spt rice cereal dan rice krispy.

Trm ksh.
Dr. Spesialis Anak Vonny

N.B. Rice / Roti beras panggang spt: N_asiKriuk Debbie bisa didapatkan di Supermarket Rezeki, All Fresh, Nano-Pluit, dll

Quotation
Wikipedia: Bread Improver ( http://en.wikipedia.org/wiki/Bread_improver )
two ingredients commonly used in bread improvers were singled out as causing harm to those who ate the bread. Calcium propionate (Preservative 282) was linked to Attention-Deficit Disorder among children. Potassium bromate was also singled out as being potentially carcinogenic.

“Bread Preservative Research” Australia:
Propionic acid and its salts including calcium propionate (the bread preservative, 282) were approved as food additives by the World Health Organisation because propionic acid occurs naturally in the human body and so was assumed to be safe at any dose. At this stage it was not tested for its effects on children's behaviour and learning ability. Doctors subsequently identified a condition now called propionic acidemia, a metabolic defect which allows a buildup of propionic acid in the body and can result developmental delay, neurological problems and mental retardation in children.

http://www.fedupwithfoodadditives.info/features/breadresearch/bread1.htm