Rabu, 13 Agustus 2008

Buku Lama/Langka: "Riwajat 40 Taon Tiong Hoa Hwe Koan Batavia" Tahun 1940




Judul Buku: Riwajat 40 Taon T.H.H.K (Tiong Hoa Hwe Koan) Batavia (1900 – 1939).
Tebal: 380 + +
Penulis: Nio Joe Lan (Redaktur “Sin Po” Melayu).
Penerbit: Tiong Hoa Hwe Koan – Batavia.
Tahun: 1940


Menurut saya, buku ini sangat layak (bahkan mungkin wajib) dibaca oleh semua generasi muda etnis Tiong Hoa yang ada di Indonesia. Mengapa? Meski secara khusus buku ini menulis riwayat perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan, tetapi di dalamnya banyak informasi penting lainnya. Misalnya, riwayat sekolah Tiong Hoa, juga situasi sosial dan perilaku etnis Tiong Hoa sebelum dan sesudah perkumpulan ini didirikan. Dan lain sebagainya.

Sebenarnya menarik kalau mau membedah buku ini lebih jauh. Tapi tentu akan memakan halaman cukup panjang. Intinya, buku ini dibagi dalam 3 (tiga) bagian besar. Bagian I mengisahkan lima tahun pertama perkumpulan ini (1900 - 1904). Bagian II masuk ke periode 1905 – 1914, dan Bagian III adalah tahun 1915 hingga 1939.

Di bagian akhir banyak sekali lampiran penting yang disertakan. Dan yang sangat mengesankan, di bagian akhir buku ini terdapat ratusan foto baik tokoh maupun aktivitas organisasi ini di berbagai daerah di Indonesia.

THHK Batavia sebenarnya mulai dibentuk (akte notartis) pada 17 Maret 1900. Tapi baru mendapat “restu” dari Gubernur-General Nederlandsch-Indie pada 3 Juni 1900, dan diumumkan di “Javasche Courant” No. 46, edisi 8 Juni 1990.

Banyak sekali yang sudah dilakukan atau jasa dari THHK Batavia ini. Di antaranya, berdirinya Hollandsch-Chineesche Scholen. Lalu diperkenankannya anak-anak Tiong Hoa belajar di Europeesche Lagere Scholen oleh pemerintah setempat. Dan yang tak kalah pentingnya adalah tentang penggunaan dialek “Tjeng-im” atau “Kuo-yu” dalam pelajaran bahasa Tionghoa di sekolah. Hal terakhir ini adalah buah pikiran dari Phoa Keng Hek (yang kemudian menjadi presiden THHK Batavia). Sebab beliau melihat, betapa sukarnya memberi pelajaran dalam beberapa dialek seperti Hakka, Hokkian, Kangfoe dan lain-lain. Aneka dialek ini, pada waktu itu, tak jarang malah menimbulkan perseteruan atau percekcokan karena tidak ada kerukunan dan kerap terjadi salah paham.

Wah, ini kalau saya terus-teruskan bisa jadi panjang nih. Sudah, pokoknya buku ini, sekali lagi menurut saya, menarik dan penting!

Foto yang tampak di blog ini adalah Almarhum Tuan Phoa Keng Hek, President Pertama dari THHK Batavia.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Salam, saya mahasiswa National Central University, Taiwan jurusan sastra,dan sekarang saya tengah menulis tesis dengan topik kesusasteraan melayu tionghoa, untuk sementara bahan yang saya miliki hanyalah kumpulan karya sastra melayu tionghoa yang diterbitkan oleh KPG (10 jilid),namun menurut saya, sumber-sumber tersebut masih sangatlah kurang untuk dijadikan bahan acuan tesis. Saat membuka blog ini, terlebih saat melihat koleksi buku lama ini, saya sungguh sangat tertarik, yang ingin saya tanyakan adalah dimanakah saya bisa menemukan buku-buku lama dan langka ini? Saya tidak berharap sampai bisa memiliki buku-buku tersebut, tapi paling tidak saya bisa membaca sumber-sumber pertama ini.
Terima kasih ^_^

Kemala Atmojo mengatakan...

Dear Mirshe,

Terima kasih atas komentarnya. Hebat sekali Anda akan membuat tesis tentang kesusastraan Melayu Tionghoa. Mudah-mudahan bisa cepat selesai.

1. Entah Anda sudah punya atau belum, baru-baru ini terbut 2 (dua) buku yang berkaitan dengan etnis Tionghoa. Pertama, Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Ditulis oleh Drs. Sam Setyautama. Kedua, buku Tinghoa dalam Pusaran Politik, oleh Benny G. Setiono.

2. Entah Anda sudah punya atau belum, ada buku fiksi berjudul Satoe Djodo Jang Terhalang karya Hauw San Liang. Lalu, fiksi berjudul Nona Hong Giok atawa Bidadari Doenia dicertakan oleh: Lie.

3. Mengenai buku THHK Batavia yang ada di blog adalah milik saya pribadi. Anda mungkin bisa cari di Perkumpulan Tri Dharma (aduh, saya lupa nama tepatnya). Atau, buku angka ini bisa Anda dapatkan di Past Tense Bookstore: http://www.pasttensebooks.com/ (atau "klik" dari link logo Pasttense Books di blog saya.

Sekali lagi, semoga sukses!

Cheers,
KA
alamkita@indosat.net.id

Unknown mengatakan...

Dear Pak KA,

Terima kasih atas masukannya. Saya sudah memiliki buku Tionghoa dalam Pusaran Politik, namun untuk buku lainnya saya belum punya. Saya sangat senang setelah mengetahui masih adanya keberadaan buku-buku langka lainnya, sehingga masih ada kemungkinan bagi saya untuk membacanya ^_^
Sekali lagi terima kasih Pak atas masukannya.

Regards,
She-she

Eddy Prabowo Witanto mengatakan...

Mirshe, buku Riwajat 40 Taon THHK asli juga tersedia di Perpustakaan FIB UI. Saya juga punya asli dengan cap stempel THHK, tapi ada di Beijing.