Sabtu, 09 Agustus 2008

Majalah Lama: "Violeta" Tahun 1973






Penerbit: PT Tiara Indonesia. Alamat: Ketapang Utara 7A/8A, Jakarta. Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: S. Wardojo. Penasehat Ahli: Hidajat Rahardjo. Pemimpin Perusahaan: Zainal Abdi. Dewan Redaksi: Abrar Siregar; Ali Shahab; SM Ardan; Sumatno. Juru Potret: Tuhiddin Jusuf.

Motto majalah mingguan hiburan ini: Menyokong Kehidupan Pendidikan, Kebudayaan & Hiburan. Pada edisi ini, ada tulisan yang mereka beri label "Exclusive". Isinya tentang beberapa "masalah" yang menimpa kehidupan putri-putri Bung Karno, termasuk masalah perkawinan Megawati(waktu itu).

Majalah yang terlihat di blog adalah No. 55/19 Mei 1973. Cover Depan: Megawati. Harga: Rp. 120,-

Catatan:

Salah satu tokoh yang dimuat dalam edisi ini adalah Megawati Soekarnoputri. Dia adalah anak kedua Presiden Soekarno, yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya, Fatmawati, kelahiran Bengkulu, di mana Soekarno dahulu diasingkan pada masa penjajahan Belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana Merdeka. Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).

Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Karier politiknya terbilang melesat. Megawati hanya butuh waktu satu tahun menjadi anggota DPR RI. Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian, ia menjadi ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejak memisahkan diri dari PDI pada tahun 1999.

Megawati adalah Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Ia menjadi presiden setelah MPR mengadakan Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang membekukan lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya dari tahun 1999- 2001, ia menjabat Wakil Presiden di bawah Gus Dur.

N

Tidak ada komentar: