Minggu, 28 Maret 2010
Majalah Lama: "Sastra" Tahun 1969
Penerbit: PT Mitra Indonesia. Alamat Redaksi: Djalan Kramat Sentiong No. 43, Djakarta. Pemimpin Umum: Darsjaf Rahman. Pemimpin Redaksi: H.B. Jassin.
Motto: Bimbingan Pengertian dan Apresiasi. Isinya ada esai, puisi, cerita pendek, resensi buku, dan lain-lain. Pada edisi ini, misalnya, ada puisi karya Hartojo Andangdjaja, Djawastin Hasugian, dan Djajanto Supra. Lalu ada tulisan Darmanti Jt yang berjudul "Beras dan Puisi". Juga ada tulisan T Mulya Lubis yang berjudul "Puisi-puisi Selingkup "Sastra"; dan masih banyak lagi.
Selain majalah ini, beberapa tahun kemudian (tepatnya 2000) juga ada majalah lain yang bernama Sastra, yang diterbitkan oleh Yayasan Balerong, Bandung (ada di blog ini).
Majalah yang tampak di blog adalah Edisi No. 2/Tahun VII/Februari 1969. Harga: Rp. 35,-
Catatan:
Pemimpin Majalah Sastra, H.B. Jassin, adalah seorang pengarang, penyunting, dan kritikus sastra ternama. Ia lahir di Gorontalo, 13 Juli 1917. Ada yang bergurau, H. B. Jassin adalah satu-satunya “Paus” yang bergelar Haji. Julukan “Paus Sastra Indonesia”—yang diberikan Sastrawan Gajus Siagian (almarhum) – memang sudah disandangnya sejak lama,
H.B. Jassin menyelesaikan pendidikan dasarnya di HIS Balikpapan, lalu ikut ayahnya pindah ke Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, dan menyelesaikan pendidikan menengahnya (HBS) di sana. Pada saat itu ia sudah mulai menulis dan karya-karyanya di muat di beberapa majalah. Setelah sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, ia menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka tahun 1940. Setelah periode awal tersebut, H.B. Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra pada berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia; antara lain Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith, Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain.
Kritik sastra yang dikembangkan H.B. Jassin umumnya bersifat edukatif dan apresiatif, serta lebih mementingkan kepekaan dan perasaan daripada teori ilmiah sastra. Sedemikian besarnya pengaruh H.B. Jassin terhadap lingkungan sastra Indonesia, sehingga pernah membuatnya dijuluki sebagai “Paus Sastra Indonesia”. Pada awal periode 1970-an, beberapa sastrawan beranggapan bahwa kritik sastra H.B. Jassin bergaya konvensional, sedangkan pada saat itu telah mulai bermunculan para sastrawan yang mengedepankan gaya eksperimental dalam karya-karya mereka.
Beberapa peristiwa dan kontroversi sastra pernah melibatkan H.B. Jassin. Pada tahun 1956, ia membela Chairil Anwar yang dituduh sebagai plagiat, melalui bukunya yang terkenal berjudul “Chairil Anwar Penyair Angkatan 45”. Ia juga turut menanda-tangani Manifesto Kebudayaan (Manikebu) tahun 1963, yang membuatnya dikecam sebagai anti-Soekarno oleh kalangan Lekra dan membuatnya dipecat dari Lembaga Bahasa Departemen P & K dan staf pengajar UI. Demikian pula ketika ia muat cerpen “Langit Makin Mendung” karya Ki Panji Kusmin di Majalah Sastra tahun 1971. Karena menolak mengungkapkan nama asli pengarang cerpen yang isinya dianggap “menghina Tuhan” tersebut, H.B. Jassin dijatuhi hukuman penjara satu tahun dengan masa percobaan dua tahun.
Selama hidupnya, H.B. Jassin juga dikenal ahli dan tekun dalam mendokumentasikan perkembangan sastra Indonesia. Hasil jerih-payahnya saat ini dapat di temukan pada Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
H.B. Jassin meninggal dunia pada hari Sabtu, 11 Maret 2000 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam usia 83 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.
N
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar